SONYBOLA

Warisan yang diberikan kepada anak yang paing berbakti


Kyle Cerpen - Wati memiliki 3 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Sejak dulu, ia mengoperasikan sebuah toko pijat yang sekarang dijaga oleh putra sulung dan menantunya. Mayoritas tamunya kebanyakan adalah orang tua bisnisnya bisa dibilang cukup bagus.

Suatu hari, Wati tiba-tiba meninggal begitu saja, bahkan satu kalimat pun tak sempat diucapkan ke anak-anaknya. Anak-anak Wati berfikir bagaimana cara membagi warisan sang ibu.

Sebenarnya, Wati mengabadikan dirinya kepada toko pijat ini, walaupun tidak tersimpan banyak uang. Ia sempat membeli rumah baru beberapa tahun lalu, namun bukti pembelian rumahnya hilang entah kemana sehingga ia tidak pindah ke rumah baru tersebut. Hal ini ia rahasiakan dari anak-anaknya. Jikalau mau membagi warisan sang ibu, maka hanya toko pijat dan rumah baru itu, total-total ada lah beberapa miliar.

Jasad Wati ditaruh dirumah, peti mati juga sudah dibeli. Namun beberapa dari anak Wati tidak peduli dengan pemakaman sang ibu, mereka hanya berdebat bagaimana mengelokasikan harta keluarga. Hanya anak laki-laki bungsu yang tidak peduli sama sekali dengan warisan, ia menemani sang ibu dengan sedih.


Ketika kakak-kakaknya sibuk berdebat soal warisan, anak bungsu sibuk menjamu orang yang berkunjung. Mukanya terlihat lelah dan badannya juga kurusan. Beberapa teman dan keluarga yang melihat keadaannya merasa sangat sedih. Ada juga yang bertanya kepadanya, kenapa ia tidak memperjuangkan warisan, bagaimanapun ia juga bagian dari keluarga.

Anak bungsu menjawab, ia adalah anak paling kecil di rumahnya. Selama ini ia dijaga oleh ibu dan kakak-kakaknya. Apalagi ia sama sekali tidak mengerti dengan urusan pijat, sedangkan kakak sulung dan istrinya mengerti. Untuk rumah, ia masih muda, ia masih bisa bekerja keras untuk membeli rumah sendiri. Jadi, tidak apa-apa kalau di kasih ke kakak-kakaknya.

Anak bungsu mengatakan dengan tenang dan jelas, orang-orang pun lebih tenang mendengarnya. Sekarang, toko pijat sedang diperebutkan oleh kakak sulung dan istrinya. Maksud kakak sulung adalah istrinya kan orang luar, sehingga nama toko ini seharusnya dikasih ke anak kandung. Istrinya berkata bahwa selama ini ia bekerja lebih keras daripada suaminya seharusnya ia lebih memenuhi syarat untuk mendapat warisan. Pasangan suami istri ini tidak ada yang mau mengalah.

Sedangkan kakak kedua tahu bahwa toko pijat sudah tidak ada harapan. Ia pun memutuskan untuk berusaha mendapatkan rumah sang ibu. Rumah baru itu juga tidak kalah harganya dengan toko pijat. Hanya saja, tidak ada yang tau dimana bukti pembelian rumah tersebut. Ia pun mengunjungi pusat real estat untuk konsultasi. Namun, ia diberitahu bahwa Wati membeli rumah itu secara khusus dan menandatangani sebuah perjanjian kerahasiaan. Rincian spesifik tidak dapat diberitahu siapa pun. Kakak kedua pun membongkar rumah ibunya, berharap dapat menemukan bukti pembelian rumah itu, tetapi hasilnya nihil.

Saudara-saudaranya sibuk berdebat warisan, anak bungsu sibuk mengurus soal pemakaman. Suatu malam, anak bungsu tidak sengaja memegang lengan ibunya, ia sadar tangannya sudah menjadi kaku. Ia pun mengingat bagaimana ibunya bekerja keras untuk mencukupi keluarga ini. Benar-benar suatu hal yang tidak mudah. Tidak terasa air matanya telah mengalir, ia segera menyeka air matanya dan memutuskan untuk memijat badan sang ibu yang telah meninggal dunia.

Akan tetapi, ia sama sekali tidak mengerti soal pijat. Ia pun menelepon kakak sulungnya untuk datang dan membantunya. Kakak sulung langsung memarahinya dan mengatakan bahwa ia bodoh, sudah meninggal bagaimana bisa dipijat?

Setelah mematikan telepon, ia semakin bertekad untuk memijat ibunya. Ia pun mencari buku tentang pijat dan mulai memijat ibunya sesuai instruksi dibuku. Setelah selesai memijat, ia sadar bahwa tubuh ibunya tidak sekaku tadi.

Ia pun sadar, seumur hidup ibunya menjalani toko pijat, namun tidak ada anak yang pernah memijatnya. Sungguh ironis. Anak bungsu pun langsung menyesal seketika, ia sibuk sekolah di luar kota, sehingga tidak pernah ada kesempatan untuk menghormati ibunya. Sekarang, ibunya malah sudah meninggal. Hal yang bisa ia lakukan adalah memijat tubuh ibu yang kaku. Sejak hari itu, setiap malam, anak bungsu pun memijat ibunya sehingga semakin hari semakin terambil. Entah ilusi atau benar dirasakan, tubuh wati sudah tidak lagi kaku. Anak bungsu sering susah tidur, ia sering memikirkan sang ibu dan menangis pada malam hari.

Tidak lama, teman dan kerabat Wati mengetahui tentang aksi anak bungsu. Mereka memujinya anak berbakti, dan jika ibu dapat melihatnya pasti akan sangat senang.


Akhirnya, hari sang ibu dikuburkan tiba. Semuanya tampak lancar-lancar saja. Setelah selesai, kakak sulung mengumumkan secara resmi pembagian harta keluarga. Melihat hal tersebut, anak bungsu pun memilih untuk pergi dan mengatakan bahwa ia sama sekali tidak tertarik. kakak-kakaknya senang karena satu pesaing hilang.

Anak sulung berkata, toko pijat sekarang miliknya. Katanya, semua masuk akal, bagaimanapun juga dia putra sulung yang akan mewarisi bisnis keluarga. Sedangkan untuk rumah baru, tunggu bukti pembelian rumah ditemukan baru dibagi, Rumah lama ada beberapa sehingga masing-masing dapat satu.

Istrinya dan kakak perempuan tidak senang akan pembagian ini. Mereka merasa bahwa mereka juga ada kerja di toko tersebut, tidak adil rasanya kalau hanya anak sulung yang mendapatkan haknya. Mereka pun bertengkar dan tidak ada yang mau menyerah. Anak kedua juga tidak mau kalah, ia berkata bahwa rumah baru itu tetap akan jadi miliknya, karena ia belum menikah dan membutuhkan rumah.

Saat ini, paman mereka keluar dan memegang dua barang di tangannya. Satu adalah surat warisan sang ibu dan yang satunya lagi adalah bukti pembelian rumah.

Paman mengatakan bahwa sebenarnya Wati telah membuat surat wasiat sejak lama. Ia takut anak-anak bersaing untuk mendapatkan harta keluarga sehingga memberikan surat-surat penting kepada pamannya. Ia mengatakan bahwa rumah baru ditinggalkan kepada anak bungsu, karena dia paling kecil sehingga pantas mendapatkannya. Untuk toko pijat, Wati membiarkan sang paman untuk memutuskan siapa yang paling memenuhi syarat.

Toko pijat ini di buka untuk orang tua. Sedangkan yang paling dibutuhkan orang tua adalah perawatan anak-anak mereka. Jadi, siapa yang paling berbakti, dialah yang memenuhi syarat untuk mewarisi toko pijat ini. Paman pun melanjutkan, Apa yang kalian lakukan akhir-akhir ini, sudah saya lihat. Hanya anak bungsu yang menemani sang ibu, ia bahkan memijatnya. Oleh karena itu. Anak bungsu yang akan mewarisi toko pijat ini.

Semua orang tercengang mendengarnya. Mereka tidak menyangka orang yang sama sekali tidak memperjuangkan warisan malah orang yang mendapatkannya. Setengah bulan kemudian, toko pijat dibuka dengan nama baru. Toko Pijat Wati diganti nama menjadi Toko Pijat Anak Berbakti. Pemilik toko adalah anak bungsu, ia bertekad untuk merawat orang tua dan menjalankan bisnis ibunya dengan serius.

0 Response to "Warisan yang diberikan kepada anak yang paing berbakti"

Posting Komentar